Dewasa ini, kejujuran sudah menjadi barang langka, rasanya sulit menemukan sosok yang senantiasa mengedepankan nilai-nilai kejujuran, bahkan yang lebih miris lagi, dalam instansi pendidikan saja anak-anak sudah sejak dini diajari untuk berbuat curang, sebagaimana yang terjadi pada kasus nyontek massal saat Ujian Nasional.
Memang benar, berlaku jujur seringkali membawa pada konsekwensi yang tidak menggembirakan, apalagi ditengah-tengah mayoritas masyarakat yang sudah gemar menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan, maka semakin seseorang itu berlaku jujur, semakin besar pula rasa tidak suka masyarakat kepadanya, bahkan hingga menyebabkan pengusiran dari lingkunganya, lagi-lagi seperti yang terjadi pada kasus nyontek massal.
Tidak hanya itu saja, kondisi para hakim di negara kita juga semakin memprihatinkan, banyak contoh kasus yang menggambarkan betapa mudahnya hukum ditukar dengan rupiah, yang pada akhirnya keadilan tidak pernah terwujud. Semua itu salah satu akibat budaya kecurangan yang sudah semakin menjamur disetiap lini kehidupan.
Kita perlu mencontoh kejujuran Rosulullah saw, ia adalah sosok yang tidak pernah mengatakan sesuatu kecuali yang benar, tegas dalam menentukan hukum, bahkan terhadap kerabatnya sekalipun. sejak kecil ia dikenal sebagai orang yang terpercaya, salah satu sebab kepercayaan masyarakat kepadanya adalah karena sedikitpun lisan beliau tidak pernah digunakan untuk berdusta, sehingga dikalangan masyarakat Arab beliau dijuluki sebagai Al Amin (yang terpercaya).
Mengenai kejujuran, Rosulullah pernah bersabda ”sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan menuju surga, dan sesungguhnya orang yang membiasakan jujur itu akan dicatat disisi Allah sebagai orang yang Shiddiq (selalu benar), dan sesungguhnya dusta itu mengantarkan pada keburukan, dan keburukan itu mengantarkan menuju neraka, dan sesungguhnya orang yang membiasakan dusta itu akan dicatat disisi Allah sebagai pendusta. HR, Bukhari Muslim.
Jika kita cermati, kejujuran dinegara kita sudah berada pada titik nadir yang membahayakan, sudah saatnya kita mengkampanyekan kejujuran. Selama masyarakat dan para pemimpin tidak mau membiasakan sikap jujur dimanapun dan dalam kondisi apapun, maka indonesia tidak akan pernah mengalami perubahan menuju yang lebih baik, justru yang akan terjadi adalah sebaliknya, persoalan-persoalan komplek terus hadir silih berganti tiada henti.
Akhmad Rifa’i Ma’ruf
Penulis adalah Alumni IPA 3 2009 MAN Temanggung, kelahiran Wonosobo
Contact: 085 740 949 676
Tidak ada komentar:
Posting Komentar